Kasus Aniaya Guru, Bupati Bima Diminta Copot Kepala SDN Inpres Tonda -->
Cari Berita

iklan 970x90 px

Kasus Aniaya Guru, Bupati Bima Diminta Copot Kepala SDN Inpres Tonda

TalkingNewsNTB.com
20 Februari 2024

 

Foto: SDN Impres Tonda Kecamatan Madapangga Bima.


Bima, TalkingNEWSntb.com -- Sejumlah pegiat Sosial media dan beberapa aktivis pemerhati pendidikan di Kabupaten Bima, meminta Bupati Bima Indah Dhamayanti Putri untuk segera mencopot HR (56) dari jabatannya sebagai Kepala SDN Inpres Tonda Kecamatan Madapangga. (Baca Juga): Oknum Kepsek di Madapangga Diduga Aniaya Seorang Guru.


Hal itu, menyusul adanya kasus dugaan penganiayaan yang dilakukan HR terhadap bawahannya Rosdiana (45) guru setempat. Hingga persoalan tersebut telah dilaporkan secara resmi oleh korban di Mapolsek Madapangga, pada Senin kemarin.


Sebagai pegiat serta pemerhati pembangunan daerah, Rizalpatikawat juga turut berkomentar dan merespon keras terkait kasus penganiyaan yang melibatkan oknum Kepsek selaku abdi negara itu.


Menurut Rizal, tindakan HR tersebut, tidak mencerminkan sikap seorang pemimpin selayaknya yang menjadi contoh dan panutan. Malah justru mirip seperti watak seorang preman jalanan yang senang menyelesaikan masalah dengan kekerasan.


"Penganiayan merupakan tindakan main hakim sendiri. Sikap arogansi itu hanya dimiliki preman, bukan kepala sekolah yang notabenanya sebagai pemimpin di sekolah," ucap Rizal saat dimintai komentarnya, Selasa (20/2/24) kaitan kasus dugaan penganiayaan guru SDN Inpes Tonda, pada Senin kemarin.


Kata Rizal, lingkungan pendidikan harusnya diisi oleh manusia-manusia berahlak mulia dan memiliki sumber daya yang mumpuni. Sehingga dapat menjadi contoh langsung oleh para peserta didik.


"Jika mengontrol emosi saja dimampu dilakukan oleh seorang Kepsek, lalu bagaimana bisa diharapkan terhadap tanggungjawabnya dalam mencetak generasi (siswa-siswi) yang prestasi dan berahlak," terang Alumni IKIP Mataram (Undikma) ini.


Oleh sebab itu, saran Rizal, hal-hal seperti ini harus menjadi perhatian serius Bupati Bima, demi kemajuan pendidikan. Sekiranya orang yang dipercayakan mengemban tugas untuk memimpin sekolah, tidak mampu dijalankan dengan baik, untuk apa dipertahankan. Apalagi mencoreng dunia pendidikan dengan sikap arogansinya.


"Ini masalah serius. Sebaiknya Bupati Bima copot saja jabatan oknum ini. Kami tidak ingin generasi (siswa-siswi) di Madapangga dipimpin oleh orang yang berwatak preman," tegas Rizal.


Begitupun disampaikan Syarifuddin, M.Pd. Aktivis pemerhati pendidikan ini juga menyayangkan adanya insiden tersebut. Sebagai pimpinan, kata dia, harusnya HR dapat mengendalikan emosi dengan baik, kendati ucapan bawahannya yang menurutnya nyelekit.


"Syarat utama jadi pemimpin, harus bisa menerima kritikan. Baik itu dari orang lain, maupun bawahannya sendiri, meski itu menyakitkan," tutur Syarif sapaannya.


Guru dan Kepsek jadi contoh-suri tauladan anak didik. Sehingga mereka dituntut, tidak hanya mampu secara teori, tapi juga dapat menerapkannya langsung secara fisik di lingkungan sekolah. Contohnya, sikap, prilaku dan tutur kata.


"Pepatah mengatakan, guru kencing berdiri, murid kencing berlari. Jadi, dengan kasus oknum Kepsek ini, jangan berharap banyak jika dia (HR) mampu mencetak siswa yang unggul," ujar Syarif.


"Maka dari itu, Bupati sebagai pemegang kekuasaan tertinggi, sebaiknya mempertimbangkan HR untuk jadi Kepsek lagi," pungkasnya.


Sementara itu, Bupati Bima melalui Kadis Dikbudpora Kabupaten Bima Zunaidin HI S.Sos, MM tidak banyak berkomentar kaitan kasus dugaan penganiyaan oleh HR terhadap bawahannya tersebut. Termaksud adanya desakan, agar oknum Kepsek itu dicopot dari jabatannya.


"Kita klarifikasi dulu. Kedua belah pihak akan kita dipanggil besok (Selasa, 20/2/24)," singkat Kadis Dikbudpora Bima, saat dihubungi via WA, Senin (19/2/24).


Seperti diberitakan sebelumnya, dugaan penganiyaan itu berawal ketika korban dan HR bersama guru lainnya tengah duduk di
perpustakaan membahas masalah SDM guru, Senin (19/2/24) sekira pukul 11:00 Wita. Ketika itu, korban nyeletuk menyalahkan HR, karena merekrut operator di desa lain, sementara sumber daya di sekolah sendiri masih ada.


Tersinggung perkataan korban, HR tiba-tiba  melempar bangku ke arah korban hingga mengenai paha korban. Tak henti di situ, HR kemudian menendang piring dan mengenai tangan korban. Hingga kasus tersebut, telah dilaporkan secara resmi oleh korban di Mapolsek Madapangga. (Agus)