PT CPI Tutup Pasca Didemo, Ratusan Buruh Terancam Melarat -->
Cari Berita

iklan 970x90 px

PT CPI Tutup Pasca Didemo, Ratusan Buruh Terancam Melarat

TalkingNewsNTB.com
11 Mei 2023

Gambar Ilustrasi.


Bima, TalkingNEWSntb.com -- Aksi penutupan perusahaan jagung, PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPI) yang digelar sekelompok warga Monggo, Kecamatan Madapangga, Bima NTB sejak Senin (8/5/2023) hingga sekarang menuai keluhan. (Baca Juga): Perusahaan Jagung di Bima Didemo Warga, Ini Penyebabnya!!


Betapa tidak, ada sekitar ratusan lebih tenaga Outsourcing (Buruh lepas) yang bekerja di perusahaan CPI. Mereka semua terancam melarat lantaran tidak ada lagi pekerjaan yang dapat memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya.


Hal itu diungkap langsung oleh salah satu buruh jagung di CPI, Lukman Sadi asal Desa Monggo saat di wawancarai media ini, Kamis (11/5/2023).


Menurutnya, penutupan PT CPI oleh sekelompok warga tersebut sangat ambisius. Karena tidak memikirkan nasib para buruh yang mencari nafkah pada perusahaan tersebut. 


"Kami sebagai buruh kasar yang ada di PT CPI merasa dirugikan atas tindakan demonstrasi yang dilakukan oleh sekelompok warga Monggo kemarin. Mereka menutup perusahaan tanpa memikirkan nasib para buruh seperti kami. Karena di situ tempat kami mencari nafkah. Bayangkan saja, gaji yang kami dapatkan dari perusahaan itu semua hitungan harian. Apa yang mau dikasih makan ke keluarga kalau tidak ada lagi pekerjaan," cetusnya.


Kata Lukman, keberadaan PT CPI selama ini sejak 2019 hingga sekarang sangat membantu pertumbuhan ekonomi warga yang ada. Karena mampu menanggulangi angka pengangguran warga yang selama ini kerap mengalami kesulitan ekonomi. 


"Kami berharap adanya pertimbangan khusus dari para demonstran. Jangan hanya memikirkan kepentingan sekelompok orang saja. Kami juga harusnya dipikirkan. Siapa yang mau tanggung jawab kalau begini yang terjadi. Jadi kami harap dati para pendemo, tolong pikirkan masib kami, anak dan istri kami di rumah," pungkasnya.


Hal senada juga disampaikan Anhar, salah satu karyawan Outsourcing yang ikut mendapatkan efek dari demo tersebut. Dirinya menilai bahwa gerakan solidaritas yang dilakukan oleh sekelompok warga Monggo sangat merugikan pihak lain. Terutama bagi karyawan dan para buruh yang ada. 


"Kami berharap adanya solusi yang terbaik. Agar tidak merugikan pihak tertentu. Dan kami berharap adanya perhatian khusus dari pihak terkait untuk dapat ikut membantu persoalan yang terjadi. Jika tidak ada solusi, kami pun siap melakukan demo penolakan penutupan perusahaan jagung. Karena itu demi keberlangsungan hidup dan pertumbuhan ekonomi warga," harapnya. (Gufran)


Editor: Agus