Foto: Massa APPRA Dokpu saat melakukan aksi. |
Dompu, TalkingNEWSntb.com - Aliansi Perjuangan Rakyat (APPRA) Kabupaten Dompu Kamis (30/3/23) menggelar demonstrasi terkait proyek pembangunan bendungan Sanggopa Sante yang berlokasi di Kecamatan Manggelewa.
Mereka menilai, bahwa proyek dari Kementerian PUPR melalui direktorat jenderal sumber daya air BWS NTB satu tersebut gagal total, karena dikerjakan asal-asalan.
Diketahui sebelumnya, jenis proyek yang dikerjakan itu yakni remedial dan penanganan sedimentasi. Dan titik pekerjaan di pulau Sumbawa sebanyak 15 bendungan.
Korlap aksi Syuriadin menjelaskan, pilot Projek pembangunan embung Tambora I dan Tambora II Bendungan ini diperuntukan di wilayah Bima 8 titik dan Dompu 7 titik dengan sumber dana Loan DOISPE2 ( World Bank -AIIB) dengan nilai 272,034,000.- yang dikerjakan oleh "Waskita Karya" dengan waktu pelaksanaan multi years.
"Bendungan di Dompu meliputi, bendungan Lanangga, Jambu, Sonco Lopi, Sanggopa Sante, Kempo Kesi, Lasi II. Dengan nilai anggaran 272,034,000 Milyar tahun 2023," terangnya.
Dia menuding, kehadiran Mega Proyek siluman ini, yang di kerjakan oleh "Waskita Karya" diduga ada kerugian negara Milyaran rupiah. Apalagi pekerjaan masuk di wilayah Doro Melo itu, tanpa ada sosialisasi awal dan konfirmasi pada warga maupun pemerintah setempat.
Sejak pekerjaan dilaksanakan, petani setempat kesulitan mengairi lahan, karena terhalang dan ditutupi limbah serta sendimen dari proyek yang dimaksud. Sehingga hampir sebagain besar petani mengalami gagal panen.
Selain itu, pihak pelaksana (Waskita Karya) terkesan tertutup terkait informasi publik. Menyoal luas, kedalaman dan panjang area bendungan yang dikerjakan. "Masalah ini masih ditutupi," ketusnya.
Pekerjaan bendungan Sanggopa Sante awalnya dihentikan, namun karena ada kesanggupan dan tanggung jawab dari pihak Waskita Karya (Andri red) sebagai penanggung jawab lapangan, berjanji akan menghadirkan direktur utama Waskita karya" dan pihak BWS pada Kamis (6 April 2023) depan.
"Jika tidak hadir dan penuhi apa yang menjadi tuntutan kami, maka kami akan melakukan pemboikotan kegiatan itu," ancamnya.
Adapun tuntutan masa aksi yakni:
1. Meminta Direktur Waskita Karya untuk segera melakukan evaluasi ulang "karena memang di 7 titik pekerjaan Waskita karya dinilai gagal.
2. Meminta pada direktur Waskita karya agar segera melakukan penggalian ulang saluran karena memang Sedimentasi di tujuh titik saluran sudah dipenuhi oleh limbah dan banjir.
3 Meminta pada pelaksanaan "Waskita karya" Sedimentasi wilayah bendungan sanggopa sante agar limbah yang berada di saluran itu segera dikeruk dan di bersihkan karena memang limbah tersebut akan berpotensi menutup saluran irigasi persawahan warga sekitar.
4. Meminta pada pelaksana "Waskita karya" untuk selalu mengedepankan pelayanan yang terbaik terhadap masyarakat agar tetap selalu terbuka sesuai dengan amanat UU.
Terpisah Kepala desa Doro Melo Supardin Abdullah juga meyayangkan cara kerja pihak Waskita Karya dalam pekerjaan bendungan yang dimaksud. Bahkan dirinya mengaku sependapat dengan massa aksi agar dilakukan evaluasi aktivitas/kegiatan remedial dan penanganan sedimentasi.
“Kami selaku penerima manfaat tidak menginginkan bendungan yang di bangun di wilayah Doro Melo kecamatan Manggelewa,yang menelan anggaran puluhan meliar hanya kami gunakan dalam jangka pendek atau dua tahun” pungkasnya.
“Dan saya selaku kepala Desa Doromelo benar benar tidak tau kalau ada kegiatan pembangunan bendungan di wilayah binaan saya, karena saya tidak pernah menerima surat pemberitahuan ataupun surat sosialisasi terkait dari pihak Waskita Karya. melakukan sewenang - sewenang pekerjaan, warga saya menduga Waskita telah menelantarkan anggaran negara," tuding Kades.
Ia berharap kepada pelaksana kegiatan agar hadirkan Pemenang tender atau direktur di lokasi bendungan ini,supaya semuanya jelas dan saya tidak ingin adanya pemblokiran ataupun Aksi aksi demo Dalam agenda DISKUSI juga melibatkan unsur masyarakat penerima manfaat yang di sekitar Bendungan Sanggopa Sante.” Pungkasnya. (Arif)
Editor: Agus