Foto: Depan Sekolah SMPN 3 Bolo Kabupaten Bima. |
TalkingNEWS.asia--Kebebasan berdemokrasi kaitan dengan memilih dan dipilih, sejatinya merupakan hak preoregatif seseorang yang telah dijamin oleh undang-undang. Karna dalam sistem pemerintahan demokrasi kedaulatan tertinggi ada di tangan rakyat. Namun teori yang diharapkan ini, berbanding terbalik dengan realitas di lapangan, sebab tak jarang para pemangku kekuasaan secara gamblang mencederai Marwah demokrasi hanya untuk memulus kepentingannya pribadi.
Salah satu contoh yang terjadi di jajaran SMPN 3 Bolo Kabupaten Bima-NTB. Diduga kuat Kasek berinisial SL mengancam keluarkan salah satu staf TU bernama Heni Sulistya Ningsih bilamana pilihan politiknya tidak searah dengan Kasek tersebut.
"Saya kerap diintimidasi dan diancam oleh Kasek, pasca peristiwa penurunan poster IDP di Desa Rada beberapa waktu lalu," ungkap Heni Sulistya Ningsih, melalui Via seluluer, Rabu (4/3/20).
Ia mengaku, saat kejadian penurunan baliho itu, dirinya dipanggil oleh Kasek. Saat itu, kata dia, Kasek memperlihatkan foto penurunan baliho sembari menanyakan, siapa salah satu diantara yang ada dalam foto tersebut. “Saya akui bahwa kakek saya (Jakariah M. Amin, red) ada di rumah H. Ahmad saat penurunan baliho. Tapi apa kaitannya dengan saya selaku staf TU di SMPN 3 Bolo,” tanya dia menjawab kata Kasek.
Tidak hanya itu, lanjutnya, Kasek juga mendesak, agar Ia memberitahukan kepada kakeknya (Jakariah M. Amin, red) agar mendukung bakal calon Bupati Bima Indah Dhayanti Puri (IDP) mengingat keluarga sangat banyak.
"Saat itu, saya jawab tidak ada kaitan dengan politik karena tugas saya di sekolah mengabdi. Kakek mau dukung siapa, itu urusan mereka. Jangan libatkan saya,” ujarnya, menjawab pernyataan Kasek.
Selain itu, sambungnya, Kasek juga menawarkan bahwa pihaknya bersedia memberikan dan mengeluarkan SK NUPTK asal dirinya dan keluarga besar mendukung IDP.
"Namun karena saat itu tidak ada respon dari keluarga saya untuk dukung IDP, Kasek naik pitam bahkan ancam jika suara IDP di tidak ada, maka saya akan jadi sasaran. Saya justeru jawab, kalau mau keluarkan saya silahkan. Tapi jangan main ancam,” tegas dia, saat bicara dengan Kasek.
Salah satu Warga Desa Rada, Taufik, menyesalkan sikap Kepala SMPN 3 Bolo yang mengintimidasi dan mengancam staf TU dan dewan guru lainnya. Karena menurutnya, hal itu mencoreng marwah demokrasi. “Kasus ini harus menjadi atensi pihak Bawaslu. Karena menyangkut marwah demokrasi,” ucapnya.
Mestinya, Kata dia, sebagai ASN harus memberikan contoh yang baik kepada masyarakat bukan malah berulah seperti ini.
“Kasek itu pemimpin di sekolah. Jadi urus saja sekolah jangan masuk ke ranah politik,” ungkapnya.
Terkait persoalan tersebut, Kepala SMPN 3 Bolo, SL, yang hendak dikonfirmasi via selulernya tidak ada tanggapan. (TN.01)