Foto salah satu tokoh di Desa Campa. |
TalkingNEWS.asia- Sungguh miris, peristiwa yang terjadi di Desa Campa Kecamatan Madapangga Kabupaten Bima-NTB, Sejumlah Warga diminta oleh Tim Pemenangan salah satu Cakades, bersumpah dengan Al-Quran lantaran kalah dalam kontestasi Pilkades serentak yang dihelat beberapa Minggu lalu.
Ironisnya lagi, sumpah dilakukan dengan cara yang tidak pantas dilihat, yakni dengan menyambangi setiap rumah Warga di Dusun dua Desa setempat, kemudian meletakan dua kitab Al-Qur'an, satu diatas Kepala dan satunya lagi diinjak kedua Kaki.
" Ada lima orang yang diminta bersumpah saat itu, termaksud saya. Kita disuruh menyambangi setiap rumah warga dan sumpah dengan Al-Quran di atas Kepala dan diinjak oleh kedua kaki," jelas Mba Dole sapaan akrabnya, saat dikonfirmasi pada Sabtu (28/12/19).
Hal itu dilakukan, kata dia, akibat desakan dari Tim salah satu Cakades yang kalah sebagai pembuktian bahwa pihaknya memang benar memilih Cakades tersebut. " Tim pemenamgan itu ada lima orang, perempuan semua, yang diduga didalangi oleh SR Pria (38). Mereka juga yang mengawal saat kita sumpah," ungkapnya.
Ia mengaku, peristiwa yang memilukan itu terjadi, pasca dua hari setelah pemilihan Pilkades, tepatnya pada Kamis malam (19/12/19). " Mereka tidak percaya, makanya kita disuruh bersumpah pada malam Jum'at itu," ujarnya.
Senada dengan Mba Dole, Nur Warga setempat juga mengaku dirinya saat itu diminta untuk bersumpah di depan Warga sebagai pembuktian bahwa dirinya memang benar memilih Cakades yang bersangkutan saat Pilkades kemarin.
" Saya sebenarnya tidak menginginkan hal ini terjadi, namun karna dituduh tidak mencoblos Cakades mereka, terpaksa Saya harus bersumpah," kata dia.
Salah satu Warga setempat MN pria (55) juga membenarkan adanya kejadian tersebut, bahkan ada yang mengembalikan uang saat itu, lantaran tidak berani bersumpah. " Iya benar, mereka disumpah pada malam Jum'at, sementara yang tidak berani bersumpah sudah mengembalikan Uang yang sebelumnya telah mereka terima dari Tim pemenangan itu," ucapnya.
Atas kejadian yang tidak elok itu, warga setempat merasa resah dan bahkan dinilai sangat arogan, apalagi terhadap masyarakat awam yang lemah.
Tokoh Agama setempat Ustadz AS (30) sangat menyesalkan atas kejadian yang dinilai merendahkan kitab suci Al-Quran itu. " Kitab suci ini, bukan untuk dijadikan alat permainan di dunia," terangnya.
Ia mengaku, pasca kejadian itu, dirinya langsung menemui Cakades yang bersangkutan, guna mengkonfirmasi apakah tindakan tersebut memang sengaja diintrusikan. " Setelah Saya konfirmasi, rupanya Cakades tidak tahu, berarti itu inisiatif dari Tim," jelasnya Sabtu (28/12/19).
Kata dia, terkait masalah tersebut, pihaknya bersama pemangku agama lainnya telah membahasnya di Kantor Desa setempat, bersama Tim yang bersangkutan.
" Saat itu, ada Pemerintah Desa, Babinsa, Babinkantibmas, bahkan Camat juga ada dan kita selesaikan dengan cara kekeluargaan, Namun jika saat itu ada salah satu Ormas yang ngotot, bisa-bisa mereka (Tim red) bisa dipenjarakan," jelasnya.
Ia mengaku, sebenarnya, kasus tersebut tidak digembar-gemborkan, karna ini aib, tetapi rupanya sudah meluas," tutupnya. (TN.01)