Foto: Saat aksi belangsung di gudang CPI Bima. |
Bima, TalkingNEWSntb.com -- Puluhan massa yang tergabung dalam Gerakan Solidaritas Peduli Desa Monggo menggelar demonstrasi di Perusahaan Jagung PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPI) cabang Bima yang beralamat di Desa Monggo, Kecamatan Madapangga, Senin (8/5/2023).
Korlap Aksi, Umardin dalam orasinya menuturkan pihak CPI segera mendengarkan sejumlah aspirasi yang disampaikannya. Antara lain, meminta pihak CPI agar segera merealisasikan sembilan point kesepakatan yang dibuat perusahaan CPI dengan masyarakat Monggo pada bulan Maret 2019 lalu, yang hingga kini belum ditepati.
Kemudian selanjutnya, demonstran meminta agar adanya hubungan kerja sama dengan pihak ke dua. Yakni suplai tenaga kerja, penanganan ekspedisi, pengelolaan limbah (tumpi datau menir), dan wajib bekerja sama dengan perusahaan atau SDM lokal melalui rekomendasi Desa.
Selain itu, masa juga meminta agar pihak CPI mematuhi perintah Perdes nomor 14 tahun 2022. Juga menolak sistem bebas antri untuk jagung petani yang mengatas namakan CGR PT Bisi Internasional Tbk.
Juga mendesak agar CPI segera mencopot tiga pimpinan manajemen, yakni manajer operasional, manajer purchase, dan HRD.
"Kami minta kepada pihak CPI agar segera merealisasikan aspirasi yang kami sampaikan," cetusnya.
Selain dari enam point tuntutan tersebut, massa juga mendesak agar pihak CPI pusat segera hadir di kantor Desa Monggo untuk bertanggung jawab atas berita acara yang dibuat pada 3 Maret 2019 lalu.
"Termasuk sembilan poin kesepakatan yang dibuat pada 3 Maret 2019 oleh CPI dengan masyarakat Monggo. Semua harus direalisasikan," tegasnya.
Sementara itu, human resource development (HRD) PT CPI Cabang Bima, Muhammad Solihin SH menjelaskan bahwa dari sembilan point kesepakatan berita acara yang dibuat pada 3 Maret 2019 itu ada delapan point yang telah direalisasikan. Namun tinggal satu point saja yang belum terealisasi. Yakni masalah beasiswa untuk kriteria siswa prestasi.
"Dari sembilan poin kesepakatan itu, tinggal satu yang belum terealisasi yakni masalah beasiswa. Karena itu sangat membutuhkan proses, karena bantuan untuk siswa prestasi itu harus berorientasi pada kebutuhan tenaga karyawan perusahaan. Misalnya jurusan pendidikan yang ada korelasinya dengan perusahaan CPI," terangnya usai aksi demo tersebut.
Selain itu, lanjut pria yang biasa disapa Kance tersebut, massa juga meminta CPI segera menggantikan CV ekspedisi Bintang Monggo dengan CV mereka sendiri yakni CV Moncan Jaya. Itu pun sudah terealisasi demi kesejahteraan masyarakat Monggo.
"Meskipun itu bukan kewenangan kami, tetapi kami tetap berusaha memberikan yang terbaik untuk warga Monggo. Dan kami sudah berkoordinasi dengan pihak Wasaka, yakni perusahaan ekspedisi yang memiliki kewenangan dalam menentukan CV ekspedisi itu sendiri. Dan kami sudah meminta CV Moncan Jaya untuk menghandle ekspedisi menggantikan CV Bintang Monggo yang telah lama beroperasi tersebut," ujarnya.
Lanjutnya, belum lama ini pihak CPI sudah pernah diundang hadir di aula kantor Desa Monggo. Agenda itu tak lain membicarakan terkait sembilan poin kesepakatan yang pernah dibuat. Termasuk CV ekspedisi yang mau di gantikan juga. Bahkan para warga menginginkan pihak CPI pusat agar secepatnya hadir menemui masyarakat Monggo untuk mendengarkan aspirasinya.
"Kami diminta agar pihak CPI pusat hadir menemui masyarakat Monggo untuk memenuhi sembilan point kesepakatan pada 2019 lalu. Jika tidak hadir maka mereka akan segera menghentikan operasional CPI secara paksa," tuturnya.
Kendati pihak CPI pusat belum hadir menemui massa tersebut, massa aksi memutuskan untuk melakukan demonstrasi di depan perusahaan CPI. Sehingga dampaknya, kata Kance, massa aksi terpaksa menghentikan laju operasional CPI. Hingga membuat para supplier atau vendor jagung dan juga para petani termasuk karyawan dan para buruh di pabrik ikut merugi.
"Aksi penghentian operasional CPI cabang Bima tersebut dampaknya banyak pihak yang ikut merugi. Semua memperlambat perputaran ekonomi para supplier atau vendor jagung dan juga para petani termasuk karyawan dan para buruh. Mereka semua ikut kecewa dengan sikap para massa aksi," imbuhnya.
Aksi yang dilakukan sejak pukul sembilan pagi hingga sore tersebut sempat terjadi ketegangan. Namun beruntung masih bisa dihindari sehingga aksi demo tersebut berjalan lancar tanpa terjadinya chaos.
Di tengah aksi itu juga, CPI mengadakan pertemuan dengan sejumlah pihak di dalam aula perusahaan. Pada pertemuan itu turut dihadiri oleh DPRD Kabupaten Bima, Ruslan SPd, Kepala Desa Monggo, sejumlah aparat Polri dari Resort Bima juga jajaran Polsek Madapangga dan TNI dari Koramil Bolo.
Sejumlah pihak tersebut ikut memediasi. Namun tidak membuahkan hasil lantaran para pendemo menginginkan pertemuan itu dilaksanakan di aula Kantor Desa Monggo dan dihadiri oleh pihak CPI pusat. Sehingga dampaknya para pendemo menghentikan operasional CPI dan menutup proses penerimaan jagung.
"Harapan kami dari pihak CPI sendiri, semoga masalah ini dapat terselesasaikan dengan baik tanpa mengorbankan pihak lain. Sehingga perputaran ekonomi warga kembali pulih dan perusahaan dapat beroperasi seperti biasanya," pungkas Kance. (Gufran)
Editor: Agus